Kamis, 28 Maret 2013

Chairul Tanjung si Anak Singkong

Chairul Tanjung Si Anak Singkong-
Tjahja Gunawan Diredja
**Spoiler Alert** Buku "Chairul Tanjung si Anak Singkong" ini bukan hanya cerita perjalan hidup pak CT dalam merintis usaha mulai nol hingga sukses. Buku biografi ini isinya lengkap mulai cita-cita dan impian beliau yang belum tercapai -yang mana Impian itu bukan untuk beliau pribadi tapi untuk Indonesia. Bagi saya pribadi, ini Sebuah motivasi dan cambuk dari pak CT untuk generasi muda Indonesia.

Dalam review ini, banyak sekali yang ingin saya rangkum setelah membacanya. Maaf jika rangkuman saya ini panjang.



I. Dalam bab Peran Pendidikan Bermula dari Keluarga, dalam bab ini pak CT bercerita awal mula 'kebangkrutan' orang tuanya. Ayah beliau awalnya karyawan di kantor pos dengan beragam pekerjaan sampingan lalu dibangkrutkan secara perdata oleh penguasa waktu itu. Bagi beliau pengalaman tersebut merupakan pelajaran berharga:
"Memperjuangkan Ideologi harus realistis, bukan sebuah harga mati. Membangun negeri dan membaktikan diri tidak serta merta harus memaksakan kehendak atas sistem yang sedang berjalan, tidak matang dan serampangan malah mengganggu stabilitas. Banyak cara bisa dilakukan, salah satunya dengan menjadi pengusaha seperti yang hingga kini saya perankan"


II. Dalam bab Belajar Teater dari Mas Yan Daryono, banyak sekali nasehat mas Yan (guru teater pak CT) kepada beliau semasa remaja yang saya serap maknanya. Beberapa nasehat itu:

"Manusia bisa dipahami dari jalan berfikirnya dan cara dia berbicara. Kalimat yang dia sampaikan, apakah linier atau melompat-lompat, intinya tata bahasa. Ini menunjukkan referensi dan tingkat emosi seseorang. Uraiannya pada plot objektif. Suara kita bisa memberikan pengaruh secara psikologis kepad siapa pun. Untuk menangkap itu semua, pelajari cara berpikir mereka, orang per orang atau per kelompok. Obrolan adalah pembentukan opini"
*Character Manifestation: emosi yang berkembang.

Ini salah satu nasehat mas Yan kepada pak CT yang perlu saya garisbawahi:Kebijaksanaan sejak dari hati dan pikiran, tidak hanya dari ucapan. Rasakan, Pikirkan, Ucapkan, baru Tindakan. Bila kita bijaksana dalam berpikir maka tindakan tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tapi juga untuk orang lain.

Quote beliau dalam bab ini atas nasehat mas Yan semasa teater: "Pelajaran semasa teater merupakan salah satu proses pendidikan yang benar-benar saya pegang. Kemampuan mengontrol untuk meminimalkan publikasi diri sendiri. Manusia menjadi tinggi karena publikasi, saat sudah begitu rasa sakit saat jatuh menjadi tak terperi"

Setelah sekian tahun tak bertemu, mas Yan kembali menasehati beliau: "Kehormatan kita adalah Kepribadian Kita. Saat Kepribadian saja tidak punya, tak akan mungkin punya Kehormatan"

III. Dalam babRestrukturisasi Ekonomi agar Tidak Ada Lagi "Man Made Poverty". Dalam sub bab Koreksi Kebijakan Publik, ada sebuah kalimat: "Kalau sudah merdeka masih ada kemiskinan, sadar atau tidak, kita masih meneruskan pola struktur ekonomi kolonial karena negara kita sangat kaya luar biasa"
Ternyata dampak dari penjajahan kolonial benar-benar merusak mental bangsa Indonesia, turun temurun bagai penyakit keturunan.

IV. Dalam bab Piala Thomas Terakhir bagi Indonesia
Pada bab ini saya baru tahu kalau beliau pernah menjabat sebagai ketua PBSI periode 2001-2005,
sebelumnya:
(1997-2001) Pak Subagyo HS
(1993-1997) Pak Suryadi
(1989-1993) & (1985-1989) Pak Try Sutrisno

--Saya juga baru tahu sekitar tahun 2001 Taufik Hidayat sempat hijrah ke Singapura untuk membela tim negara singa itu--

Quote pada bab ini:"Kemenangan bukanlah prioritas utama dalam suatu perlombaan, tapi juga dapat menjadi pengalaman dan motivasi"

V. Pada babMengawinkan Bisnis dan Idealisme
Pada bagian ini ada salah satu paragraf percakapan pak CT dengan Bu Mega yang membuat saya seyum2 membacanya. 
"Ah kamu Chairul, buat saya susah saja. Banyak yang datang ke saya minta kredit dan meminta kerjaan". Lalu pak CT bertanya mengapa begitu? 
"Banyak orang berpikir bank itu milik saya", kata bu Mega.
-------------------------------------------

Pada buku ini ada bagian yang saya kurang paham:
Kita sudah harus keluar dari dikotomi bahwa apabila pengusaha dengan pengusaha berkolaborasi sudah pasti kolusi, pasti korupsi. Era seperti itu sudah harus diubah.

Era baru sudah datang. Apabila pengusaha datang ke pemerintah jangan minta jatah, sebaliknya pula apabila pemerintah datng ke swasta.

Era baru tersebut adalah kolusi pemerintah dengan pengusaha adalah sebuah kolusi untuk membuat ekonomi Indonesia lebih maju, dan sebuah kolusi untuk menghadirkan kesejahteraan di tengah masyarakat secara nyata.

"Negeri ini memerlukan kerja keras semua kalangan, termasuk keterlibatan swasta kecil maupun besar dalam memastikan roda perekonomian terus brjalan hingga target pertumbuhan ekonomi bisa dicapai. Dengan bentuk kerjasama semacam ini, bisa dipastikan tingkat pengangguran dan kemiskinan akan menurun tentu akan juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sulit bila kita hanya berpangku tangan terhadap kerja pemerintah melalui optimalisasi APBN dengan besaran sangat terbatas, sudah pasti tidak cukup.

--------------------------------------------

Pak CT juga menasehati generasi muda yang bercita-cita menjadi pengusaha:
Orang tua dulu banyak mengatakan, "Tak usahlah sekolah terlalu tinggi kalau ingin jadi pengusaha karena tak ada hubungan antara sekolah dengan berhasilnya usaha"

Beliau tak setuju dengan pendapat itu. 

Pengalaman beliau mengajarkan bahwa daya saing ke depan semakin ketat. Kompetisi dunia usaha satu dengan lain semakin berat. Entrepreneurship sangat penting karena mengangkut daya kreatifitas dan daya juang. Tapi jika tidak dibarengi dengan ilmu pengetahuan yang memadai, tak akan mungkin mampu bertahan pada zamannya. Diperlukan kombinasi antara ilmu pengetahuan, skill, profesionalisme, dan entrepreneurship untuk bisa bersaing dalam kancah dunia usaha. Kombinasi kesemua ini akan mampu menciptakan seorang pengusaha tangguh.
Mungkin saja seorang kreatif mampu bertahan pada tingkat tertentu, setidaknya kelas UKM misalnya, tapi begitu dia bersaing ke tingkat lebih tinggi lagi, baru akan tampak perbedaan yang signifikan.

Pendidikan merupakan jalan utama agar bisa keluar dari jerat kemiskinan. Masalah sosial ini memang tidak kan pernah berakhir sepanjang manusia hidup di dunia ini, karena itu kita harus berusaha kerasuntuk mengatasinya dengan segala daya dan upaya.


Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan. Tidak ada keberhasilan tanpaKerja Keras, Keuletan, Kegigihan, dan Kedisiplinan. Hal itu juga harus dibarengi dengan sikap Pantang Menyerah dan Tidak Cepat Putus Asa. Semua cita-cita dan ambisi hanya bisa direngkuh apabila kita mau terus belajar berbagai hal, di mana pun dan kepada siapa pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar