"Clouds beyond clouds above me.
Winds beyond winds below.
Nothing near can blow me, if I choose to fly and go"
Seri ke tiga dalam trilogi Jendela-Pintu-Atap. Dalam novel ini June dan Bowo (kakak june) saling curhat. Jika di Jendela-jendela pemeran utamanya June dan Pintu pemeran utamanya Bowo, maka dalam novel ke tiga ini keduanya.
Dalam novel Atap ini, nuansa kejawen dan hal-hal mistis sangat terasa. Terutama pada Bowo. Bowo yang dapat melihat aura manusia (karena ditunjang ikut latihan Perana dan Reiki, sebuah ilmu tenaga dalam), saat di Houston Texas tanpa sengaja berjumpa dengan Menewa seorang keturunan suku Apache yang sedang mendongeng di sebuah taman-Hermann Park. Menewa memberi Bowo sebuah Tomahawk milik leluhurnya, Geronimo, yang mengamanatkan bahwa Tomahawk tersebut diberikan kepada orang asia yang berusaha menelaah Menewa. Saya suka bagian ini, Fira Basuki mendongeng tentang suku Apache (kebetulan saya penasaran dengan hal-hal yang berbau suku Indian. h-48). Dengan mata ketiga nya pula, Bowo memiliki kawan "dunia lain", si Jeliteng (terus terang saya malas baca bagian ini).
Novel Atap juga membahas tentang filosofis arsitektur Jawa dan Fengshui China (ini salah satu alasan kenapa saya membeli novel ini pas jaman kuliah, karena nyambung dengan kuliah saya). Dalam novel ini juga banyak membahas bisnis yang kala itu otak saya belum nyambung perihal ekonomi-bisnis.
Karakter June yang tidak tegas masih tetap di novel ini. June memang jenis orang yang suka cari masalah, menurut saya. Disaat rumah tangganya dengan Jigme adem-ayem, ia malah mendapat kartu hijau berlibur seorang diri ke Kansas, tempat masa lalu ia kuliah. Di negeri paman Sam itu setan-setan menggoda June, mulai dari Alice (orang tua angkat June saat studi) menyarankan: "follow the yellow brick road" (mean: follow your heart -the wizard of oz), sementara West (pemilik kedai) menyarankan berjumpa dengan Aji Saka, "When a man loves women, he would wait". Maka June pun mencari Aji Saka melalui google.
Dalam novel Atap ini, masalah-masalah kompleks dalam keluarga June-Bowo digeber tuntas. Mulai dari perselingkuhan June dengan Aji Saka, Pertemuan terakhir dengan Dean Sahi yang terputus akibat ulah June berselingkuh dengan sahabat suaminya itu, Keputusan Bowo beristri dua, sampai kegalauan ibu June-Bowo yang gemar keluar masuk kamar operasi untuk mengencangkan bagian tubuh "kendor" saking takutnya sang suami berselingkuh.
Akhir dari trilogi ini, semuanya kembali ke jati diri masing-masing, ke rumah masing-masing.
"Home, itu dimana kamu merasa paling aman dan nyaman apapun yang terjadi.
Home, dimana kamu mendapat ketenangan jiwa. Terkadang tidak harus bersama orang yang kita cintai. Terkadang hanya diri kita sendiri dan perasaan tenang"
Seperti kata L. Frank Baum dalam the Wizard of Oz, "No Place Like Home".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar